Assalamu'alaikum
wr. wb.
Belum lama ini
ada diskusi yang menyatakan Allah berada di langit, berdasarkan ayat2 yang
mengatakan Allah bersemayam di Arsy, sedangkan Arsy Allah berada di langit.
Hal yang
membingungkan saya adalah, kalau Allah berada di langit, dimana Allah tinggal
ketika langit belum diciptakan? Bagaimana pula dengan ayat-ayat yang
menceritakan bahwa saat kiamat, langit digulung, langit terbelah atau
langit digoncang dengan goncangan yang dasyat.
langit digoncang dengan goncangan yang dasyat.
Mohon
penjelasan mengenai hal ini. Terima kasih atas bantuannya. Wassalam.
Jawaban:
Assalamu `alaikum
Warahmatullahi Wabaraktuh. Alhamdulillahi rabbil `alamin, washshalatu wassalamu
`ala sayyidil mursalin, wa ba`du,
Keberadaan Allah SWT itu tidak sama dengan keberadaan
benda-benda dan materi yang harus menempati ruang tiga dimensi. Jangan
sekali-kali Anda menyamakan wujud Allah SWT itu sebagaimana wujudnya materi dan
benda yang membutuhkan ruang dan harus berada di dalam sebuah garis waktu.
Karena ruang dan waktu sebenarnya hanyalah makhluq Allah SWT juga yang telah
diciptakannya.
Namun berhubung Allah SWT telah menyebutkan di dalam
Al-Quran Al-Karim bahwa Dia ada di langit, maka kita menerima ayat itu sebagai
sebuah kebenaran. Haram hukumnya menolak ayat itu atau menafikannya. Dan haram
juga untuk mentakwil atau menafsirkannya, misalnya mengatakan bahwa langit yang
dimaksud adalah langit dalam makna kiasan, atau menunjukkan ketinggian Allah
SWT.
Mengapa kita diharamkan mentakwilkan hal itu ? Karena
Rasulullah SAW sebagai orang yang paling mengeti dan paham betul seluk beluk
Al-Quran Al-Karim, tidak pernah memberikan penjelasan tentang maksud ayat-ayat
itu. Juga para shahabat saat itu tidak pernah menanyakan seperti apa yang saat
ini Anda tanyakan. Jangan dikira bahwa para shahabat itu bodoh dan tidak sempat
bertanya, tidak, mereka bukan tidak sempat, tapi memang tahu bahwa wilayah
pembicaraan kita bukan disitu areanya.
Kalau
sekedar urusan teknis instinja’ saja mereka tanyakan, bagaimana mungkin mereka
tidak bertanya tentang wujud dan hakikat kebertempatan Allah SWT ? Logikanya
kan demikian. Tapi sekali lagi, mereka tidak bertanya dan Rasulullah SAW tidak
menjawab, karena thema wujud Allah SWT itu bukan wilayah pembahasan manusia.
Sehingga apa yang Allah SWT sebutkan di dalam Al-Quran Al-Karim, itulah yang
kita yakini dan kita imani.
Berhubung
Rasulullah SAW dan para shahabat menjauhkan diri dari pembahasan wujud Allah
SWT dan teknisnya, maka itulah yang harus kita lakukan saat ini. Apalagi beliau
telah bersabda,”Pikirkanlah tentang ciptaan Allah dan jangan pikirkan tentang
zat Allah.”
Dalam
menerima ayat atau hadits yang membicarakan tentang bentuk dan keadaan Allah
SWT, pilar yang harus kita pegang adalah :
1.
Menerima
dan tidak menolak ayat atau hadits itu bila shahih.
2.
Tidak
mentakwilkannya
3.
Tidak
menyerupakan Allah SWT dengan apapun
4.
Tidak
menjasadkan Allah SWT
Dan
Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanyakan tentang masalah demikian, menjawab
bahwa bersemayam itu sudah kita ketahui maknanya, namun bagaiman bentuk
bersemayamnya Allah SWT adalah hal yang tidak kita ketahui (majhul) dan
bertanya tentang bentuknya itu adalah bid’ah.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
0 comments:
Posting Komentar